Sunday, April 09, 2006

Mimpi-mimpi Sakura 2006

Postingan ini diambil dari "Episode", journal pribadi mega. Tiba-tiba saja ingin post ini disini, dan berharap akan ada komentar dan advice untukku. Sengaja, aku ga kasih link komen, berharap komennya bisa lebih pribadi ke mailku. jangan tanya knapa ya? tiba2 aja pingin gitu.

`Kamu pingin kerja di jepang,meg?`
Pertanyaan yang dilontarkan teman2,dan juga oleh diriku sendiri ini, berulang kali menjejak-jejak hatiku. Mau tidur inget itu, bangun tidur juga. Jawabanku-pun sangat tak pasti,`not sure, havent decided yet`.
Sayangnya jawaban ini pun membawa pertanyaan lain,`kalo belum tau,ngapain kamu job hunting`
`aku cuma ga mau ngelepasin kesempatan yg datang di depan mata` jawabku singkat.

Ah, aku bersyukur Allah memberiku kesempatan untuk punya pilihan, untuk bisa memilih. Dan sharusnya, aku bisa bpikir secara bijaksana, mengambil jalan yang yakin diridhoi Allah. Ridho Allah? Ah ini juga yg membuatku bimbang untuk memutuskan tentang kerja di Jepang. Aku takut Allah ga suka bila mega memilih utk kerja di jepang, sendiri. Lagi-lagi tanpa muhrim. Tanpa muhrim, topik ini memenuhi hati dan isi kepalaku. Bahkan utk mencari beasiswa S2 pun aku jadi tak selera, lha tetep aja tanpa muhrim.
Ah..ah, aku pun takut Allah kecewa padaku, ketika diberi kesempatan menikah, dan aku masih berdalih ini itu. Bahkan ketika Allah memberi tawaran menikah, tanpa mengorbankan impianku, aku tak bergeming.

Dari situ,pikiranku meloncat ke topik, `kamu tuh mau hidup seperti apa?`
Aku inget dulu pas masuk kuliah mega pingin kerja di big company, play a leading role in the biz decision making. Yah gampangnya, sebutlah impianku menjadi seorang CEO. Kelihatannya seru dan menantang aja.
Namun di akhir tahun ke2, impian itu runtuh tanpa disangka2, runtuh disaat aku yakin seyakin-yakinnya bahwa aku sedang berjalan MANTAP menuju cita2ku itu. Waktu itu ceritanya aku ngincer Harvard Business School. Mulailah aku rajin tanya2 ama para lulusan HBS, dan mreka siap membimbingku masuk HBS.
Ketika di akhir tahun ke2, aku dapet undangan open campus harvard, aku senang sekali. Merasa bahwa Allah menunjukkan jalanku. Aku datang ke open campus itu dengan harapan aku semakin yakin dgn pilihanku. Bahkan, sbetulnya aku sudah yakin, jadinya aku datang dengan harapan bisa tau cara masuk business school paling bergengsi di dunia itu.
Namun yang terjadi justru sebaliknya, ketika mengikuti acara open campus, bukannya semakin mantap, tapi sebaliknya aku disadarkan bahwa bukanlah kehidupan sperti ini yang aku impikan.
Impianku runtuh tanpa disangka-sangka, bahkan di akhir open campus aku bertanya-tanya`ya Allah,apa yang terjadi? dimana impianku itu?`

Aku pulang kehilangan impian masa SMA itu. Ternyata Allah memberi kesempatan open campus untuk menyadarkanku, bahwa bukan kehidupan spt itu yang aku ingin jalani.
Ketika kmaren aku bicara ma wenda, dan dia mengutarakan cita2nya. Aku sperti menelusuri kembali kepingan-kepingan mimpiku,

"gmana meg, kerja di Jepang?"
"hmm... ga ah, kan aku maunya jadi bos"
"serius nih...!"

"serius juga nih. Jawabannya bisa iya, bila aku melihat kerja di perusahaan jepang sebagai batu loncatan. Dan lebih-lebih bisa tidak. Satu, aku takut Allah ga suka bila aku masih saja terus hidup sendiri, tanpa mahram. Dua, lha wong itu bukan hal yang really i want to do."

"Tanpa Mahram? Koq jadi mikir gitu?"
"Haha... karena akhirnya melalui pengalamanku sendiri, aku jadi paham, betapa lebih baik wanita itu bepergian ditemani mahram."
"Jadi itu penting bagimu?"
"Itu yang aku rasakan, aku ngerasa Allah pingin aku begitu. Nasehat temen2 juga"
"Menikah saja!"
"Mungkin itu lebih baik."
"Lalu cita-citamu?"

"Cita-citaku kan simple, aku ga bermimpi jadi seorang CEO perusahaan besar, dan mengejar karir dunia tingkat atas itu. Ga lagi! Aku cuma ingin jadi istri yang baik, ibu yang baik, yang punya sambilan jadi CEO di perusahaan sendiri".

"Boss juga?"
"Iya kan aku dah bilang. Aku ga bercanda lagi. Punya perusahaan sendiri, perusahaan yang mengajarkan cinta kasih, yang kubangun dengan konsepku sendiri."
"Utopis"
"I am. Tapi semua yang aku jalani saat ini, semua yang aku dapatkan saat ini, semuanya berawal dari mimpi2 yang sering disebut orang sebagai utopia"
"bagaimana berkontribusi untuk masyarakat?"
"Melalui perusahaan itu kan bisa. Terlebih dari itu...aku mau jadi seorang educator. Ga harus jadi guru sih"
"Impianmu punya sekolah itu?"

"Ah iya, punya sekolah yang mengajarkan setiap anak untuk punya impian, untuk percaya akan kemampuannya. Untuk berusaha, untuk optimis, untuk punya kepedulian pada sesama. Cinta kasih. Peace through education"

"Utopis lagi"
"Utopis? Aku sudah mulai bergerak, mencoba melakukan sesuatu untuk pendidikan anak2. ternyata aku mencintai dunia itu. "
"menikmatinya?"
"Haha... panggilan jiwa. Jika aku bisa berguna melalui jalan itu, aku bahagia sekali, aku baru sadar, ternyata itu membawa kebahagian bagiku"
"Apalagi impianmu?"
"Banyak. Memimpikan rumah yang dekat dengan alam. Kupunya kebunku sendiri. Kutanami bunga-bunga, jagung, brokoli, bayam, wortel, dan banyak lagi."
"Apalagi?"
"Melihat dunia, melihat perbedaan, dan kemudian menyadari betapa hebatnya Allah menciptakan kita dengan warna kulit berbeda, bahasa berbeda, cara pikir yang beda, manusia dengan keunikannya sendiri-sendiri. Aku ingin melihat setiap sudut2 bumi ciptaan Allah ini"

Percakapan itu terus bergulir, di dalam otakku sendiri, dengan diriku sendiri. Kepingan mimpi-mimpi yang terangkai menjadi puzzle kehidupan dan mimpiku yang utuh.
Kemudian ketika semuanya mulai terlihat jelas, aku tersenyum, berdiri. Aku masih belum tau, dari mana aku harus mulai, namun aku sadar:

Ridho Allah itu no1, menjadi the way I am itu sangat penting, aku tau hal apa yang membuatku bahagia, dan di jalan mana aku ingin berkontribusi kepada dunia.
Ah, selalu saja membawa optimisme dan membuatku semakin mencintai kehidupan ini

mega
-mimpi2 Sakura 2006-
 
Lilypie Maternity tickers