Saturday, June 06, 2009

welcome to long distance love

Ya, welcome to long distance love, begitulah ucapan selamat datang yang patut kami sandang ketika saya meninggalkan Indonesia 13 Mei 2009 lalu.
Setelah 10 hari bersama, kami harus terpisah jarak. Dia di djogja (atau karawang), dan saya di Osaka.
Kami memang bukan satu2nya pasangan dengan "nasib" seperti ini, saya yakin banyak yang lebih "parah" dimana banyak pasangan harus terpisah benua, dengan perbedaan waktu yang mengobrak ngabrik ritme hidup ;p. Alhamdulillah, kami masih satu benua, dan perbedaan waktu juga tidak terlalu jauh.
Tapi tetap saja..., jarak yang memisahkan kami ini membuatku harus menelusuri kembali relung-relung hatiku, yang kadang menjerit minta ditenangkan. "Apakah ini keputusan yang tepat?", "Apakah ini keputusan yang adil?"
Kadang hal itu membuatku tersenyum pada realita yang ada, bukankah keputusan kami untuk bersama (menikah-red) ini juga cukup unik. Setidaknya begitulah yang kurasa. Kami memutuskan bersama, justru ketika kami jauh berpisah. Jadi sejak dari awal kami memang sudah "long distance"...walo belum resmi ditambah "love" hehe. Kalo begini, saya jadi takjub dengan takdir Allah, Allahlah yang menyatukan kami, dan semoga begitu seterusnya sampai akherat. Amiiin.
Saya jadi bertanya, kenapa dulu dia memilih saya yang jauh di seberang lautan? Saya belum pernah mendapat jawaban pertanyaan ini dari suami lho. Paling2 dijawab, "kayak gitu koq masih ditanyakan?" High context communication banget, padahal saya merasa sangat low-context, kalo ga dibilang, suka ga "ngeh".
Dan saya juga jadi bertanya, "kenapa dia mengizinkan saya kembali lagi ke osaka?". Kadang saya masih "take it for granted", ya sudah sewajarnya lah mengizinkan, gmana sih masak ga boleh :D. Padahal mungkin untuk seorang wanita yang sudah menikah, izin suami seperti itu such a valuable privilege, sesuatu yang berharga yang patut diterimakasihi.

Dan bagaimana setelah menjalani long distance love sekitar 3 minggu ini? (Ga salah baru 3 minggu? rasanya benar2 seperti setahun, sudaaah lama banget. )
Bila dilihat dari kacamata sangat positif, jawabannya adalah unik. Ya, unik! Karena butuh kesabaran, ketulusan, keikhlasan, kepercayaan, dan tentu saja ketegaran! Intinya, saya yakin ini akan mendewasakan cinta kami. Bukan cinta yang rapuh, tapi kuat dan penuh kepercayaan. Bukan cinta yang menuntut, tapi tulus dan ikhlas. Bukan cinta yang egois, tapi penuh pengertian.

Begitulah kalo dilihat dari kacamata positif. Kalo dilihat dari kacamata lain, dan diungkapkan dalam satu kata: Beraaaat! Ratusan sms, puluhan skype call, dan chat menjadi saksi kerinduan kami. Ga mau cerita yang berat2 ah, belum saatnya. Sekarang dinikmati saja dululah.
Semua pasti ada nikmatnya..., alhamdulillah.

Untuk teman-teman lain yang berada dalam long distance love, gambarimashou! Save the best for the last. Ibarat puasa, pasti ada saatnya berbuka, dan biasanya segala sesuatu jadi terasa lebih indah.

Inilah postingan pembukaan saya setelah resmi bergabung dengan long distance love fans club. Hehe...

mega
-hope to see you next week sayang, insyaAllah-
 
Lilypie Maternity tickers