Monday, April 24, 2006

always Thank you!!!

Berbekal postingan `Mimpi2 Sakura 2006`, terimakasih.., mega mendapat berbagai macam advice. Menyenangkan sekali, membaca pengalaman yang temen2 punya, mengingatkan akan hal2 yang seharusnya mega sudah paham, namun terkadang terlupa. Atau mendengar mimpi2 yang temen2 punya, idealisme, membuatku jadi tambah bersemangat. Atau bahkan artikel yang teman kirimkan, sangat menginspirasi. Oya, yang minta alamat email mega, nanti segera aku kirim. I am waiting for your advice!
Waktu-waktu sesudah itu, mega masih mengalami bongkar pasang pikiran. Kemaren sudah yakin begitu, paginya kenapa pingin begini. Hehe.., tadinya aku jadi sebal ma diriku sendiri, `apa maunya sih nih Mega`.
Aku yang selama ini selalu yakin dengan jalan yang aku pilih, aku yang tak pernah menemukan kesulitan berarti ketika menerjemahkan petunjuk2 yang diberikanNya, kenapa jadi `lost` kayak gini!
Kemana mega yang sejak kecil dididik untuk punya keyakinan, dan memperjuangkan keyakinannya ini. Kalo boleh mendeskripsikan keluarga dimana aku dibesarkan, kluargaku tuh demokratis liberal. Keluargaku tak mendidikku dengan kata `jangan ini jangan itu` atau `harus begini begitu..!`, tapi silakan memilih jalan yang anda sukai, silakan mengemukan apa yang anda pikirkan, namun anda harus selalu SIAP dengan pertanyaan `Kenapa`. Papah selalu menjadi oposisi terhadap apapun yang mega pingin lakukan, atau mungkin pikirkan. Bahkan, berpura-pura menjadi oposisi, sekalipun sebenarnya beliau setuju denganku. `Papah cuma mau ngetes seberapa yakin kamu koq. Papah sih sebenarnya setuju banget ma kamu!` ga jarang debat panjang 2 jam diakhiri dengan kata2 yang membuatku merasa buang2 waktu. Namun semakin dewasa, aku sudah siap dengan segala ritual oposisi ini, bahwa ini Cuma tes KEYAKINAN, sberapa jauh aku yakin. Kalo aku yakin, di tes kayak gitu, justru membuatku semakin yakin. Sebaliknya, kalo diri ini ga yakin, aku jadi sadar, `lha aku sendiri ga yakin tho` atau `oo..ternyata aku cuma ikutan temen, ga yakin benar!`. Aku inget betul, kata2 papah setelah debat panjang rencana kepergianku kuliah di Jepang, `Mah, ternyata anakmu sudah yakin.Siap melangkah dengan keyakinan yang besar. Kalo gitu, pasti berhasil!` Kepercayaan mereka fondasi kuat bagiku.
Dan kini, ketika keyakinan akan jalan mana yang kupilih, belum kunjung datang, aku jadi sebal ma diriku sendiri. Aku tuh, cukup strict loh ama diriku sendiri. Menuntut diriku untuk ini, ga boleh itu, harus ini. Hehe.. misalnya aja aku menuntut diriku untuk ga berprasangka buruk ma orang, ketika sedikit saja aku berprasangka, wuuuih... aku membuat hukuman macam2 buat diriku, termasuk jadi sebel ma diri sendiri. Baru akhir2 ini mega belajar menyayangi diri sendiri, untuk maklum bahwa udah fitrah manusia untuk gampang sombong, untuk iri. Jadi ketika rasa itu timbul, pertama ya istigfar dulu sambil menyadari kalo ini fitrah, ga perlu buru2 benci diri sendiri. Nah, begitu pula, aku belajar memaklumi diriku yang lagi bingung ini. Kuendapkan persoalannya, atau dengan kata lain `ga usah dipikirin deh`.
Justru ketika aku mulai masa bodoh, dan mengalir santai, aku bisa memahami diriku sendiri lewat hal2 yang sederhana.
Seperti kemaren, mega melihat drama singkat memperingati 1 tahun kecelakaan JR Amagasaki. Di drama itu, intinya diliatin bagaimana sedihnya kehilangan orang2 yang dicintai, gimana memory2 yang pernah ada kadang menghantui. Intinya lagi adalah tentang keluarga dan kebersamaan. Entah karena pengaruh drama ini pa enggak, ketika masuk kamar dan sendiri, ga kerasa air mata ini jatuh. Teringat sedihnya aku kalo pulang ke Bantul, dan mendapati `kenapa mamah dan papah terlihat lebih tua dibanding terakhir kali aku pulang?`. Sedih sekali, ketika mendapati uban mereka semakin banyak. Dulu waktu SMA mamah sering bilang, `Sana Ga, ubannya papah dicabutin`. Ah saat itu helai rambut putih mereka masih bisa dihitung. Sekarang? Jujur aja aku ga tau. Mamah selalu menyemir rambut mamah, ketika aku mau pulang ke Jepang, dan jujur aja aku sedih kalo pulang ke Jepang ninggalin mamah yang beruban. Perasaan ingin bersama, akan bertambah kuat bila mendengar mamah atau papah sakit. Ah rasanya...
Air mata yang jatuh malam itu, membuat aku memahami diriku, paham bahwa aku ingin berada dekat dengan mereka. Menyaksikan hari demi hari yang mereka lalui, atau jadi saksi rambut yang mulai memutih?
Aku ga tau apakah besok aku masih yakin akan hal yang sama atau enggak, namun hari ini aku yakin bahwa aku akan kembali ke Indonesia setelah aku lulus. Itu artinya seharusnya aku job hunting di Indonesia.
Waktu telpon mamah minggu kmaren, mamah bilang;
`Apa mungkin karena mamah dah tua ya mbak? Sehingga mamah mikir apa sih artinya uang banyak kalo kita ga bersama. Mamah lebih seneng ditungguin mbak mega, suami mbak mega, cita, suaminya, papah, daripada dikirimin uang milyaran rupiah!`
`Oo..jadi mamah pingin mega pulang Indonesia?`
`Ga harus diartikan seperti itu, mbak. Mbak mega taulah yang terbaik. Yang penting seimbang. Ya dapet kerjaan yang bagus, ya bisa sering2 ktemu mamah papah`

Hmm..., If i am going back to Indonesia after graduation, anybody wants to offer me a good job in Indonesia, hmm... or any countries near Indonesia???

Mega
-tomorrow never knows-

Sunday, April 09, 2006

Mimpi-mimpi Sakura 2006

Postingan ini diambil dari "Episode", journal pribadi mega. Tiba-tiba saja ingin post ini disini, dan berharap akan ada komentar dan advice untukku. Sengaja, aku ga kasih link komen, berharap komennya bisa lebih pribadi ke mailku. jangan tanya knapa ya? tiba2 aja pingin gitu.

`Kamu pingin kerja di jepang,meg?`
Pertanyaan yang dilontarkan teman2,dan juga oleh diriku sendiri ini, berulang kali menjejak-jejak hatiku. Mau tidur inget itu, bangun tidur juga. Jawabanku-pun sangat tak pasti,`not sure, havent decided yet`.
Sayangnya jawaban ini pun membawa pertanyaan lain,`kalo belum tau,ngapain kamu job hunting`
`aku cuma ga mau ngelepasin kesempatan yg datang di depan mata` jawabku singkat.

Ah, aku bersyukur Allah memberiku kesempatan untuk punya pilihan, untuk bisa memilih. Dan sharusnya, aku bisa bpikir secara bijaksana, mengambil jalan yang yakin diridhoi Allah. Ridho Allah? Ah ini juga yg membuatku bimbang untuk memutuskan tentang kerja di Jepang. Aku takut Allah ga suka bila mega memilih utk kerja di jepang, sendiri. Lagi-lagi tanpa muhrim. Tanpa muhrim, topik ini memenuhi hati dan isi kepalaku. Bahkan utk mencari beasiswa S2 pun aku jadi tak selera, lha tetep aja tanpa muhrim.
Ah..ah, aku pun takut Allah kecewa padaku, ketika diberi kesempatan menikah, dan aku masih berdalih ini itu. Bahkan ketika Allah memberi tawaran menikah, tanpa mengorbankan impianku, aku tak bergeming.

Dari situ,pikiranku meloncat ke topik, `kamu tuh mau hidup seperti apa?`
Aku inget dulu pas masuk kuliah mega pingin kerja di big company, play a leading role in the biz decision making. Yah gampangnya, sebutlah impianku menjadi seorang CEO. Kelihatannya seru dan menantang aja.
Namun di akhir tahun ke2, impian itu runtuh tanpa disangka2, runtuh disaat aku yakin seyakin-yakinnya bahwa aku sedang berjalan MANTAP menuju cita2ku itu. Waktu itu ceritanya aku ngincer Harvard Business School. Mulailah aku rajin tanya2 ama para lulusan HBS, dan mreka siap membimbingku masuk HBS.
Ketika di akhir tahun ke2, aku dapet undangan open campus harvard, aku senang sekali. Merasa bahwa Allah menunjukkan jalanku. Aku datang ke open campus itu dengan harapan aku semakin yakin dgn pilihanku. Bahkan, sbetulnya aku sudah yakin, jadinya aku datang dengan harapan bisa tau cara masuk business school paling bergengsi di dunia itu.
Namun yang terjadi justru sebaliknya, ketika mengikuti acara open campus, bukannya semakin mantap, tapi sebaliknya aku disadarkan bahwa bukanlah kehidupan sperti ini yang aku impikan.
Impianku runtuh tanpa disangka-sangka, bahkan di akhir open campus aku bertanya-tanya`ya Allah,apa yang terjadi? dimana impianku itu?`

Aku pulang kehilangan impian masa SMA itu. Ternyata Allah memberi kesempatan open campus untuk menyadarkanku, bahwa bukan kehidupan spt itu yang aku ingin jalani.
Ketika kmaren aku bicara ma wenda, dan dia mengutarakan cita2nya. Aku sperti menelusuri kembali kepingan-kepingan mimpiku,

"gmana meg, kerja di Jepang?"
"hmm... ga ah, kan aku maunya jadi bos"
"serius nih...!"

"serius juga nih. Jawabannya bisa iya, bila aku melihat kerja di perusahaan jepang sebagai batu loncatan. Dan lebih-lebih bisa tidak. Satu, aku takut Allah ga suka bila aku masih saja terus hidup sendiri, tanpa mahram. Dua, lha wong itu bukan hal yang really i want to do."

"Tanpa Mahram? Koq jadi mikir gitu?"
"Haha... karena akhirnya melalui pengalamanku sendiri, aku jadi paham, betapa lebih baik wanita itu bepergian ditemani mahram."
"Jadi itu penting bagimu?"
"Itu yang aku rasakan, aku ngerasa Allah pingin aku begitu. Nasehat temen2 juga"
"Menikah saja!"
"Mungkin itu lebih baik."
"Lalu cita-citamu?"

"Cita-citaku kan simple, aku ga bermimpi jadi seorang CEO perusahaan besar, dan mengejar karir dunia tingkat atas itu. Ga lagi! Aku cuma ingin jadi istri yang baik, ibu yang baik, yang punya sambilan jadi CEO di perusahaan sendiri".

"Boss juga?"
"Iya kan aku dah bilang. Aku ga bercanda lagi. Punya perusahaan sendiri, perusahaan yang mengajarkan cinta kasih, yang kubangun dengan konsepku sendiri."
"Utopis"
"I am. Tapi semua yang aku jalani saat ini, semua yang aku dapatkan saat ini, semuanya berawal dari mimpi2 yang sering disebut orang sebagai utopia"
"bagaimana berkontribusi untuk masyarakat?"
"Melalui perusahaan itu kan bisa. Terlebih dari itu...aku mau jadi seorang educator. Ga harus jadi guru sih"
"Impianmu punya sekolah itu?"

"Ah iya, punya sekolah yang mengajarkan setiap anak untuk punya impian, untuk percaya akan kemampuannya. Untuk berusaha, untuk optimis, untuk punya kepedulian pada sesama. Cinta kasih. Peace through education"

"Utopis lagi"
"Utopis? Aku sudah mulai bergerak, mencoba melakukan sesuatu untuk pendidikan anak2. ternyata aku mencintai dunia itu. "
"menikmatinya?"
"Haha... panggilan jiwa. Jika aku bisa berguna melalui jalan itu, aku bahagia sekali, aku baru sadar, ternyata itu membawa kebahagian bagiku"
"Apalagi impianmu?"
"Banyak. Memimpikan rumah yang dekat dengan alam. Kupunya kebunku sendiri. Kutanami bunga-bunga, jagung, brokoli, bayam, wortel, dan banyak lagi."
"Apalagi?"
"Melihat dunia, melihat perbedaan, dan kemudian menyadari betapa hebatnya Allah menciptakan kita dengan warna kulit berbeda, bahasa berbeda, cara pikir yang beda, manusia dengan keunikannya sendiri-sendiri. Aku ingin melihat setiap sudut2 bumi ciptaan Allah ini"

Percakapan itu terus bergulir, di dalam otakku sendiri, dengan diriku sendiri. Kepingan mimpi-mimpi yang terangkai menjadi puzzle kehidupan dan mimpiku yang utuh.
Kemudian ketika semuanya mulai terlihat jelas, aku tersenyum, berdiri. Aku masih belum tau, dari mana aku harus mulai, namun aku sadar:

Ridho Allah itu no1, menjadi the way I am itu sangat penting, aku tau hal apa yang membuatku bahagia, dan di jalan mana aku ingin berkontribusi kepada dunia.
Ah, selalu saja membawa optimisme dan membuatku semakin mencintai kehidupan ini

mega
-mimpi2 Sakura 2006-

Tuesday, April 04, 2006

mUsim SeMi tlah Tiba!

Sebetulnya judul diatas lebih tepat dipake 1 minggu yang lalu. Karena udah sejak 10 hari yang lalu, ketika bunga sakura di halaman rumahku merekah, aku mendeklarasikan tibanya musim semi. Hehe.., suka seenaknya menentukan datangnya musim semi.
Tapi musim semi semakin rame saja, coba lihat bunga-bunga sudah bersemi. Ada yang ungu, yang kuning, yang pink, yang merah, semuanya indah sekali ;)
5 hari yang lalu bunga2 kecil di rumahku sudah mulai mekar. Hari minggu kmaren, bunga tulip-ku yang warna putih mekar, tapi karena langsung kehujanan, jadi agak loyo gitu kesannya. Trus kemaren tulip yang ungu juga mekar, tadi pagi tulip yang merah masih kuncup sih, tapi kayaknya akan segera mekar. Kebahagian melihat bunga-bunga mekar, mungkin sebuah kebahagian yang kecil, bahkan tak ada pengaruhnya bagi sebagian orang, Tapi bagiku, aku sangat menikmatinya. Ada yang membuatku tersenyum setiap pagi, ketika keluar rumah mau ke kampus, dan mendapati satu bungaku mekar. Wah rasanya hari menjadi sangat indah. Begitu juga ketika pulang ke rumah, tak sabar melihat "apa kabar bunga-bungaku?". Mereka tuh selalu berhasil membuatku tersenyum, bahkan tergelak, tertawa bahagia.
3 tahun di APU, aku bahkan hapal bunga mana yang akan mekar duluan di kampusku. Dulu pas pertama-tama takjub sekali loh. Koq bisa ya bunganya serempak mekar, misalnya merah duluan, abis merah kemudian bunga putih. Canggih kan? Bener-bener Maha Besar Allah. Tanaman aja diajarin disiplin. Keren...keren, tak terungkapkan kata-kata.

Oh ya, ketika aku tinggal di apartment Kamegawa, aku punya tetangga yang punya kebun bunga indah sekali. Mega suka mampir menyapa (soalnya pingin liat bunganya ;)-red), yang rajin menugurusnya adalah bapak-bapak sekitar 50 tahunan. Ramah dan lembut sekali. Oh ya, sejak saat itu aku percaya seorang lelaki yang tulus merawat bunga2 biasanya berhati lembut. (hipotesis ini dibenarkan oleh seorang bule Amerika yang aku temui di Sri Lanka..hehe). Kebunnya keren deh, dan berakhirnya musim semi akan ditandai oleh bunga2 kuning yang tumbuh merambat di pagar rumahnya.
Akan panjang kalo bicara masalah bunga yang kutemui. Ada bunga2 di dekat stasiun Tateishi, ada bunga sakura dan krisan yang menghiasi perjalanan keretaku setiap pagi. Semuanya indah.

Yang sangat-sangat kunikmati dari musim semi, tidak hanya melihat bunga-bunga itu mekar, namun prosesnya tuh lho. Dari kuncup perlahan merekah, dan akhirnya bersemi mekar. Itulah kerennya alam, prosesnya tuh menurutku dramatis sekali. Maha besar Allah ya. Alam selalu mengajarkanku tentang kebesaran Tuhan. Alam pulalah yang meyakinkanku bahwa Tuhan itu ada. Bagaimana mungkin bunga, gunung, laut seindah itu, secanggih itu, tak ada yang menciptakan? Alampun yang mengajariku untuk selalu berbahagia, dan mengagumiNya.

Semoga musim semi ini membawa kebahagian bagi semua orang, dan membuat kita semakin mengakui kebesaran Tuhan. Allah suka keindahan, sure!

mega
ps: kalo tulisan ini dibilang gender, bolehlah.... ;)
 
Lilypie Maternity tickers