Jujur saja, sudah 2 bulan aku tidak mengajar di masjid kobe. Karena selama 2 bulan itu aku hampir ga ada libur, dan kebetulan juga kids quran class libur musim panas.
Hari ini Alhamdulillah aku mulai mengajar lagi. Dan telat :D. Ketika aku memasuki kelas, bahagia rasanya... mendapati anak2 yang menyambutku dengan antusias, ekspresi mukanya seakan bilang, "Sensei dataaang!" (hehe GR ni, tapi bener aku ga lupa ekspresi wajah mereka. Senyum dan alis terangkat gt hehe).
Hari ini kami bercerita tentang golongan2 awal yang masuk Islam, dan bagaimana unbelievers harm the believers. Apalagi untuk para budak yang masuk Islam, yang mereka ga punya so much power to defend themselves. Disiksa di padang pasir yang panas, dengan batu diatas mereka. "If you throw your religion, I will give you much money and you can be very rich" said the unbelievers.
Kemudian aku bertanya pada anak2, "Bayangkan, kalau kalian adalah orang2 yang disiksa itu, apa yang akan kalian katakan? Bagaimana kalau ditawari uang yang banyak?".
Anak2 antusias, dan berebut menjawab, "I know what I will say" tangan2 teracung ke atas.
Salah seorang berkata, " I will cross my fingers, and said that I will leave Islam, and get the money. But of course once they release me I will announce that I am still moslem". Anak kelas 4 SD itu puas banget dengan jawabannya.
Anak yang lebih besar menyahut, "Yes, I will pretend that I leave Islam, become rich, get some bodyguads, and nobody will harm me again!"
Aku sampai geli sendiri liat antusiasme anak2 itu, dan ngerasa kalo jawaban mereka bener2 tipe jawaban anak2 abad 21 hehe.
Ketika aku bilang bahwa Rasulullah juga mendapat beberapa gangguan. Mereka berenspon seakan tidak percaya, "Rasulullah juga?". "Iya, tapi jenis gangguannya beda" tambahku. Tapi aku suka banget dengan response mereka seakan ga percaya orang semulia Rasulullah juga diperlukan tidak hormat. Good job, kids :)
The story goes and reach the conclusion. Diajaklah anak2 belajar dari believers jaman dahulu, yang teguh memegang agamanya. Apakah kita bisa seteguh mereka? Kadang2 masih ada diantara kita yang malu mengaku sebagai orang muslim! (ini case anak2 muslim di Jepang, dan sungguh memang tidak mudah tantangan mereka. Anak2 sekecil itu...). Kupandangi satu persatu wajah mereka. Yang masih TK atau kelas 1 SD, ga berubah roman wajahnya, mereka malah asyik ngobrol ama teman sebelahnya. Aku ga menegur, karena anak2 itu hebat, kalo tak suruh ngulang apa yang aku bilang, mereka tetap bisa walo keliatan tdk mendengarkan hehe. Yang udah SMP, tersenyum malu... hehe, kami berbicara lewat tatapan mata.
"If you feel shy about your religion, they will not respect your religion!". "If you dont respect your religion, they will not respect your religion".
Tiba2 kulihat seorang ibu menangis di sudut kelas. (loh koq yang nangis ibunya, deg!).
Selepas kelas kusapa beberapa wali murid yang hadir hari itu termasuk ibu yang menangis, wajah baru yang baru kulihat itu. Kusapa dia dengan bahasa jepang, dan dia menjawab, "Eh..lho, dariii malaysia?". Aku kaget, "Dari Indonesia, loh ibu dari mana?". "Indonesia" jawabnya.
Perjumpaan itu membawa kami ke sebuah diskusi yang cukup intens (curhat ding, aku mendengarkan). Tentang perjuangannya mengajak suami yang orang Jepang untuk menjalankan Islam.
"Kalo bisa jangan menikah dengan orang jepang deh. Cari yang seiman dari awal saja." begitu nasehatnya. Aku menghiburnya dengan mengatakan insyaAllah ada pahala bonus bila bs membantu seseorang mendapatkan hidayah.
"Mba, saya mah ga mikir pahala2 deh. Saya cuma pingin hidup tenang, menjalani rumah tangga sepaham, selaras. Bisa melakukan ibadah sama2. Itu aja"
Di setiap kata2nya, disertai airmata, yang udah setengah mati dia tahan tapi tetap jatuh. Rasanya tulus banget. She looks very beautiful. She promised to come every sunday, InsyaAllah.
Ketika pamitan, baru mau pamit dah nangis lagi. MasyaAllah, Bu. Semoga dimudahkan jalan ibu ya...Amiiin
Masjid kobe membawa banyak cerita. Di satu waktu, datanglah orang muslimah yang mendapat anak dari mulimah lain, dan mengadu gimana dia harus mendidik tauhid padanya, di satu waktu seseorang menangis tersedu2 dengan bahasa inggris yang kepayahan sehingga aku butuh waktu lama mencerna ceritanya, di satu waktu datang orang2 yang kehausan berita tentang iraq, afghanistan, dan jihad, di waktu yang lain datanglah rombongan murid SMP belajar tentang Islam.
Tentu saja istri Imam yang melayani konsultasi spt itu, saya cukup menterjemahkan. Namun sungguh semuanya membawa pelajaran bagiku. Sebuah pengalaman yang patut disyukuri.
Alhamdulillah...
kobe, Sept 14, 2008
mega
Monday, September 15, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
3 comments:
Wah........ keren banget tulisannya, yang sebelum2nya juga :)
Syahdu banget
Terimakasih sekali...
saya setuju pernyataan si ibu yang menangis. hidayah ga memandang apakah kita sabar atau ga. hidayah Dia yang menentukan kan?
Post a Comment