Berbekal postingan `Mimpi2 Sakura 2006`, terimakasih.., mega mendapat berbagai macam advice. Menyenangkan sekali, membaca pengalaman yang temen2 punya, mengingatkan akan hal2 yang seharusnya mega sudah paham, namun terkadang terlupa. Atau mendengar mimpi2 yang temen2 punya, idealisme, membuatku jadi tambah bersemangat. Atau bahkan artikel yang teman kirimkan, sangat menginspirasi. Oya, yang minta alamat email mega, nanti segera aku kirim. I am waiting for your advice!
Waktu-waktu sesudah itu, mega masih mengalami bongkar pasang pikiran. Kemaren sudah yakin begitu, paginya kenapa pingin begini. Hehe.., tadinya aku jadi sebal ma diriku sendiri, `apa maunya sih nih Mega`.
Aku yang selama ini selalu yakin dengan jalan yang aku pilih, aku yang tak pernah menemukan kesulitan berarti ketika menerjemahkan petunjuk2 yang diberikanNya, kenapa jadi `lost` kayak gini!
Kemana mega yang sejak kecil dididik untuk punya keyakinan, dan memperjuangkan keyakinannya ini. Kalo boleh mendeskripsikan keluarga dimana aku dibesarkan, kluargaku tuh demokratis liberal. Keluargaku tak mendidikku dengan kata `jangan ini jangan itu` atau `harus begini begitu..!`, tapi silakan memilih jalan yang anda sukai, silakan mengemukan apa yang anda pikirkan, namun anda harus selalu SIAP dengan pertanyaan `Kenapa`. Papah selalu menjadi oposisi terhadap apapun yang mega pingin lakukan, atau mungkin pikirkan. Bahkan, berpura-pura menjadi oposisi, sekalipun sebenarnya beliau setuju denganku. `Papah cuma mau ngetes seberapa yakin kamu koq. Papah sih sebenarnya setuju banget ma kamu!` ga jarang debat panjang 2 jam diakhiri dengan kata2 yang membuatku merasa buang2 waktu. Namun semakin dewasa, aku sudah siap dengan segala ritual oposisi ini, bahwa ini Cuma tes KEYAKINAN, sberapa jauh aku yakin. Kalo aku yakin, di tes kayak gitu, justru membuatku semakin yakin. Sebaliknya, kalo diri ini ga yakin, aku jadi sadar, `lha aku sendiri ga yakin tho` atau `oo..ternyata aku cuma ikutan temen, ga yakin benar!`. Aku inget betul, kata2 papah setelah debat panjang rencana kepergianku kuliah di Jepang, `Mah, ternyata anakmu sudah yakin.Siap melangkah dengan keyakinan yang besar. Kalo gitu, pasti berhasil!` Kepercayaan mereka fondasi kuat bagiku.
Dan kini, ketika keyakinan akan jalan mana yang kupilih, belum kunjung datang, aku jadi sebal ma diriku sendiri. Aku tuh, cukup strict loh ama diriku sendiri. Menuntut diriku untuk ini, ga boleh itu, harus ini. Hehe.. misalnya aja aku menuntut diriku untuk ga berprasangka buruk ma orang, ketika sedikit saja aku berprasangka, wuuuih... aku membuat hukuman macam2 buat diriku, termasuk jadi sebel ma diri sendiri. Baru akhir2 ini mega belajar menyayangi diri sendiri, untuk maklum bahwa udah fitrah manusia untuk gampang sombong, untuk iri. Jadi ketika rasa itu timbul, pertama ya istigfar dulu sambil menyadari kalo ini fitrah, ga perlu buru2 benci diri sendiri. Nah, begitu pula, aku belajar memaklumi diriku yang lagi bingung ini. Kuendapkan persoalannya, atau dengan kata lain `ga usah dipikirin deh`.
Justru ketika aku mulai masa bodoh, dan mengalir santai, aku bisa memahami diriku sendiri lewat hal2 yang sederhana.
Seperti kemaren, mega melihat drama singkat memperingati 1 tahun kecelakaan JR Amagasaki. Di drama itu, intinya diliatin bagaimana sedihnya kehilangan orang2 yang dicintai, gimana memory2 yang pernah ada kadang menghantui. Intinya lagi adalah tentang keluarga dan kebersamaan. Entah karena pengaruh drama ini pa enggak, ketika masuk kamar dan sendiri, ga kerasa air mata ini jatuh. Teringat sedihnya aku kalo pulang ke Bantul, dan mendapati `kenapa mamah dan papah terlihat lebih tua dibanding terakhir kali aku pulang?`. Sedih sekali, ketika mendapati uban mereka semakin banyak. Dulu waktu SMA mamah sering bilang, `Sana Ga, ubannya papah dicabutin`. Ah saat itu helai rambut putih mereka masih bisa dihitung. Sekarang? Jujur aja aku ga tau. Mamah selalu menyemir rambut mamah, ketika aku mau pulang ke Jepang, dan jujur aja aku sedih kalo pulang ke Jepang ninggalin mamah yang beruban. Perasaan ingin bersama, akan bertambah kuat bila mendengar mamah atau papah sakit. Ah rasanya...
Air mata yang jatuh malam itu, membuat aku memahami diriku, paham bahwa aku ingin berada dekat dengan mereka. Menyaksikan hari demi hari yang mereka lalui, atau jadi saksi rambut yang mulai memutih?
Aku ga tau apakah besok aku masih yakin akan hal yang sama atau enggak, namun hari ini aku yakin bahwa aku akan kembali ke Indonesia setelah aku lulus. Itu artinya seharusnya aku job hunting di Indonesia.
Waktu telpon mamah minggu kmaren, mamah bilang;
`Apa mungkin karena mamah dah tua ya mbak? Sehingga mamah mikir apa sih artinya uang banyak kalo kita ga bersama. Mamah lebih seneng ditungguin mbak mega, suami mbak mega, cita, suaminya, papah, daripada dikirimin uang milyaran rupiah!`
`Oo..jadi mamah pingin mega pulang Indonesia?`
`Ga harus diartikan seperti itu, mbak. Mbak mega taulah yang terbaik. Yang penting seimbang. Ya dapet kerjaan yang bagus, ya bisa sering2 ktemu mamah papah`
Hmm..., If i am going back to Indonesia after graduation, anybody wants to offer me a good job in Indonesia, hmm... or any countries near Indonesia???
Mega
-tomorrow never knows-
Monday, April 24, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment